Nyobaaa

==============================================================================
"Fu fu fu... Jadi mau apa kalian ke sini?" tanya Hanaiel sambil tertawa licik.
"Tentu saja... Untuk membunuhmu !!" teriak Shane sambil menghunuskan pedangnya ke arah Hanaiel.
"Maaf, masih terlalu pagi!" jawab Hanaiel. Tiba - tiba sekeliling mereka muncul puluhan makhluk yang sebelas duabelas dengan Mariel-Gariel, namun sayap mereka merah, semerah darah.
"Siapa mereka?" teriak Virrie yang panik seketika.
"Hamariel, Hagariel, serang mereka!!" perintah Hanaiel.
"Ha...Hamariel??!!" wajah Virrie bertambah panik melihat sekelompok makhluk bersayap merah itu menerjang ke arahnya, namun berhasil dihalau oleh Shane.
"Virrie! Hati - hati! Biar aku yang hadapi mereka! Kau serang saja Hanaiel itu!" teriak Shane.
"I..Iya!!" jawab Virrie pelan. Ia pun melemparkan beratus - ratus Dart, namun...
"Huh... Gatal sekali.. Kurasa aku harus mandi." Hanaiel mencabut seluruh dart yang mengenai tangannya, lalu melemparkannya kembali, namun dengan tambahan, aura merah yang meningkatkan kecepatan seluruh dart itu - lebih cepat dari kilat sekalipun, nyaris mengenai Virrie, namun ditahan oleh Kalrathia, dengan pedang besarnya.
"Hati - hatilah, dia berbahaya." ucap Kalrathia pelan. Gadis berambut pirang itu menerjang ke arah Hanaiel, namun sia - sia... Hanaiel menahan pedang hitam bercorak api itu hanya dengan 2 jarinya.
"Kurasa kau perlu banyak berlatih sayang..." seketika itu Hanaiel melemparkan gadis itu, hingga menghancurkan tiang pilar ruangan itu.
"Ka...Kalrathia!!" teriak Shane yang masih menahan serangan dari Hagariel dan Hamariel itu. Kehilangan kendali karena tidak melihat depannya, pedang Shane terlempar, terkena tendangan dari seekor Hagariel.
"Hei..Hei..Hei... Hati - hatilah dengan benda tajam." Ortarius mengambil pedang berwarna merah itu, lalu melemparkannya ke arah Shane, tetapi karena kecerobohannya, pedang itu malah mengenai armor kuningnya. Shane pun kehilangan kendali lantaran armornya tergores sangat dalam, lalu ikut terlempar mengenai tubuh Vionne.
"Kyaaaa!!!" jerit Vionne. Gadis berambut hitam itu tersungkur.
"Uh... Sial kau Ortarius!! Ini semua gara - gara kau!!!" Shane mulai terbakar amarah, dan menyalah - nyalahkan Ortarius.
"Bodoh!!! Siapa suruh kau tidak memperhatikan depanmu!!??" Ortarius pun panas, dan membalas Shane.
"Hei Shane!! Kau pikir siapa yang kau tindih hah??!!" omel Vionne.
"Kalau bukan karena Ortarius.... Ini semua tak akan terjadi!!" Shane berdiri melepaskan Vionne dari tindihannya.
"Siapa suruh jadi orang bodoh??!! Otakmu dimana hah??!!" balas Ortarius yang semakin terbakar.
"Kau...." Shane mulai tidak sabar, menghampiri Ortarius, dan menggenggam kerah bajunya.
"Sudah! Kalian pikir tujuan utama kita ke sini mau apa hah? Cuma untuk bertengkar karena masalah sepele ini???" Virrie pun ikut - ikutan emosi melihat kedua kawannya bertengkar.
"Tak usah ikut campur kau, atau minta kubunuh sekalian??" Shane semakin menjadi - jadi karena Virrie. Virrie yang emosi, mengambil pedang Shane, lalu mematahkannya.
"Apa yang kau lakukan??!!" teriak Shane.
"Maaf... Terpaksa kulakukan." ucap Virrie.
"Urgh..." Shane dan Ortarius diam seribu bahasa.
"Sudah selesai? Aku mulai mengantuk... Belum tidur siang..." Hanaiel berkata dengan santai.
"Tak usah menambah - nambahi!!" Shane ikut marah kepada Hanaiel.
"Oh... Jadi itu maumu? Baiklah..." Hanaiel pun memerintahkan seluruh Hamariel dan Hagariel untuk menyerang, namun pasukan bersayap merah itu menyerang Vionne, Kalrathia, dan Arazna.
"Uh... Badanku...." Kalrathia merintih kesakitan. Namun ia berusaha menahan seluruh serangan ke arahnya.
"Shane! Virrie! Ortarius! Apa yang kalian lakukan???" teriak Arazna yang berusaha menahan seluruh serangan itu.
"Bertengkar tidak akan menyelesaikan masalah!" teriak Vionne menambahi.
"Percuma, Shane keras kepala." tambah Kalrathia pelan.
"Lalu maksudmu membiarkan mereka terus bertengkar?" Arazna menimpali.
"Tidak... Tapi..." Kalrathia panik, tiba - tiba seekor Hagariel menendangnya dari belakang, dan gadis muda itu pingsan.
"Kal...!!!" Vionne pun memancing mereka ke arahnya dengan sihir api yang mengenai seluruh pasukan itu.
"Vionne! Awas!!!" teriak Arazna mengingatkan. Di belakang Vionne, beberapa dari mereka siap menghalau.
"Ah!!!" teriak gadis itu. Tiba - tiba sebuah lemparan dart menghentikan gerakan mereka, dan sebuah pedang menghantam tanah, membunuh sekelompok malaikat bersayap merah itu.
"Kurasa benar kata - katamu..." Shane pun muncul dengan sebuah pedang baru.
"Di...Dimana kau bisa dapat pedang itu??? Bukannya pedangmu telah patah?" tanya Vionne.
"Pedang boleh patah, tapi semangat tak boleh patah! Semangatku lah yang menciptakan pedang ini." ucap Shane menunjukkan sebilah pedang berwarna hitam dengan corak kuning-keemasan.
"Dan....Kurasa seluruh malaikat ini sudah mendekati ajalnya...!!!" kata Ortarius bersemangat. Ia menggerakkan gada biru muda nya, meningkatkan kekuatan teman - temannya.
"Heavenly Cross!!!!" teriak Shane, lalu menancapkan pedangnya, melompat, dan menginjaknya. Seketika itu tanah bergetar, seakan gempa bumi, dan sekali lagi, pasukan bersayap merah itu mulai sirna.
"Hei.... Serangan apa itu? Belum pernah kulihat sebelumnya." ucap Kalrathia kagum.
"Sudahlah,nanti kau juga tahu." jawab Shane malu - malu.
"Meteor!!!" Vionne menembakkan meteor yang besar, memenuhi 1 ruangan itu, dan membunuh beberapa dari mereka.
"Deadly slash!!!" Kalrathia pun ikut membantu, dengan serangan yang tidak biasa. Seakan seluruh tenaganya keluar untuk menghabisi armada sayap merah itu.
"Jangan kaget!!" Virrie melemparkan beberapa benda, tapi bukan Dart. Ya, dinamit.
"Demolition!!!" Arazna tidak mau kalah, ia menghantamkan palunya dan menghabisi sekelompok lagi.
Tanpa terasa, seluruh ruangan itu tersapu bersih, dan hanya tersisa satu lawan : Hanaiel.
"Kurasa tinggal kau saja kan?" kata Shane.
"Urgh.... Darimana kalian dapatkan kekuatan sebesar itu...???" Hanaiel kebingungan, panik, dan menyerang mereka dengan laser merah dari tangannya.
"Lemah sekali!" Shane dengan mudah menangkisnya.
"K...Kau...!!! Sial!!" Hanaiel geram, dan mulai kehilangan kendali tubuhnya, seperti orang mabuk.
"Kurasa sudah berakhir...." Kalrathia melakukan serangan bertubi - tubi dengan pedang hitamnya, tubuh Hanaiel pun bercucuran darah.
"A....ARGH...!!!" teriak Hanaiel sambil menembakkan laser berkekuatan besar dari tangannya, dan terlihat terburu - buru. Dinding ruangan itu hancur dengan cepat, tak menyisakan suatu apapun.
"Kurasa kalianlah yang berakhir..." Hanaiel kembali tertawa lebar melihat di depannya hanya ada setumpuk batu.
"Hooo.... Kau pikir begitukah?" tanya sebuah suara. Dan itu adalah suara yang tidak asing lagi, Shane.
"Masih hidup??? Tidak mungkin!!!" Hanaiel pun terkaget - kaget.
"Maaf, aku tidak mau mati mendahuluimu." Ortarius pun menambahi.
"Dan inilah akhir yang sebenarnya!!!" seluruh petualang itu menancapkan senjatanya ke jantung Hanaiel, tubuh makhluk itu mengeluarkan cahaya, yang mengembalikan keadaan di Hutan Cross. Sekali lagi, Shiltz berhasil diselamatkan.
Beberapa jam kemudian.....
"Sudah pulih...." ucap Virrie pelan.
"Ya..." jawab Shane.
"Tugas kita sudah selesai..." tambah Ortarius.
"Kurasa benar... Apa yang kau katakan... Vionne." kata Shane.
"Tentang apa?" Vionne bingung.
"Pertengkaran tidak akan menyelesaikan apapun..." lanjutnya.
"Ya, kurasa kau sudah menyadarinya." tambah Kalrathia.
"Sudahlah... Ayo pulang... Aku lapar nih...." Arazna mengeluh kelaparan.
"Ah kau ini... Makanan terus saja di otakmu...." kata Vionne, ditambah tawa dari semuanya."
Di tengah perjalanan....
"Virrie..." kata Shane pelan.
"Ya?" jawab Virrie.
"Aku cinta kau." lanjut Shane.
"Aku juga cinta kau." jawab Virrie sambil mengeluarkan air mata, lalu memeluk Shane, dan mereka berdua saling berpelukan.
"Hei... Malah kasmaran di tengah jalan.... Cepatlah!!" omel Arazna, lalu dilanjutkan dengan tawa sekali lagi. Dan mereka semua berjalan kembali ke kota Elim, tempat dimana cinta, kebahagiaan, canda, dan air mata berkumpul menjadi satu.
===========================End===========================================
@Vivi = thread buat commentnya dimana yah?